Thursday 21 June 2012

Suami Terbaik

Sebelumnya saya selaku penulis meminta maaf jika ada kesamaaan karakter, tempat, nama, dan lain-lain kisah ini hanyalah fiktif belaka.

aku adalah aiman, aku adalah mahasiswa semester delapan fakultas matematika salah satu universitas di indonesia. aku tinggal bersamaku di rumah yang tidaklah begitu besar dan tidak pula begitu kecil di daerah pinggiran kota jakarta. sebagai anak tunggal, aku selalu menjaga ibuku dan tinggal bersamanya. sejak ayah meninggal karena kecelakaan waktu aku kecil, hanya aku yang bisa membahagiakan ibuku karena semua saudara berada di luar kota. Tiap kali menatap wajah ibu, aku selalu sedih karena ibuku selalu termenung dengan kesendiriannya. ibuku tidak lagi mau menikah sejak ayahku meninggal, beliau selalu berkata "ayahmu selalu berjanji kepada ibu, dia akan menemani ibu sampai ibu mati", karena hal itu lah ibuku tak mau menikah lagi dengan orang lain. mengurangi kesepian ibu, akupun memutuskan untuk mempunyai pacar yang bisa menghiburku dan ibuku. Dia adalah sari, mahasiswa semester tujuh universitas pendidikan di jakarta. dia anak yang baik dan selalu pengertian kepadaku. aku selalu diingatkannya untuk hal-hal yang penting baik sholat, mengurus ibu dan lainnya. oleh karena itu, kami pun berjanji akan membawa ikatan kami dijenjang pernikahan. hingga akhirnya akupun berkata padanya "aku akan menjadi seseorang yang setia dan menjaganya sampai akhir hidup, aku takkan berpaling kepada siapapun walaupun kita memang harus berpisah nantinya". ikrar setiaku ini kuucapkan didepannya hingga ia pun sedih memelukku.

seiring berjalannya waktu dan akupun sudah lulus kuliah, akupun langsung mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan swasta di jakarta untuk kontrak selama 10 tahun. Dalam sepuluh tahun itu aku hanya digaji 2 juta per bulan. yah itung itung kerja di jakarta susah ya aku ikuti saja. waktu terus berjalan dan berjalan hingga pada saat umurku 25 tahun, ibukupun memanggilku "Man, umurmu sekarang sudah 25, sudah saatnya kau melanjutkan hubunganmu dengan sari ke jenjang yang lebih serius, ibu sudah semakin tua man dan sudah mulai sakit-sakitan, ibu ingin melihat saat-saat kau bahagiamu man". melihat hal itu rasanya sulit untuk mengatakan tidak. aku pun berkata pada ibu, "ya bu akan iman laksanakan taun depan insyaAllah, kalau memang ada rejeki". ibukupun tersenyum melihat hal itu.

seiring berjalannya waktu, aku bekerja keras untuk memenuhi modal untuk menikah dalam setahun. kerjaanku di tempat swasta itu pasti tidaklah cukup, untuk makan sebulan aja mungkin pas-pasan. karena bekerja pukul 9, akupun memutuskan menjadi loper koran pada pagi hari. membuat senang masyarakat dengan koran yang membuka cakrawala dunia. sorenya aku jadi tukang bantu-bantu di restoran, jadi tukang cuci piring atau bahkan jadi tukang parkir. sari pun tak mau kalah dariku, ia pun berusaha mencari uang dengan mengajar disekolah, bimbel dan privat. akhirnya seiring waktu berjalan, setahun sudah kami mengumpulkan uang. ketika dijumlah semua uang tersebut, alhamdulillah semua terkumpul hampir 15 juta rupiah. sebuah modal yang bagus buah dari kerja keras kami. yah walau masih kurang, akhirnya kami meminjam ke tetangga untuk mencukupinya

akhirnya pada saat itu, kami pun menikah ditempat yang sederhana dan pesta yg sederhana. hanya warga sekitar dan beberapa kerabat keluarga lainnya yang kami undang. ya kecil sih tapi lumayan meriah sih, yang penting ibu tersenyum dan puas dihatinya melihatku menikah. oh ya sungkeman pun ibu mengucapkan dengan pelan seperti sedang berdoa, "Jadilah seperti ayahmu nak". dalam hatiku aku hanya bisa bilang "insyaAllah ibunda, ini sebuah amanah besar bagiku". pesta pun selesai dan ya saatnya memulai hidup baru.

waktu terus berjalan, pernikahan ku dengan sari alhamdulillah berjalan lancar selama dua tahun pertama. Sari pun telah mengandung sang buah hatiku yang pertama. aku dan ibu turut bahagia mendengar kabar tersebut.


Tetapi pada saat itu ya hari itu hari yang sangat tidak kuinginkan sesuatu pun terjadi.
selepas pulang kerja aku pun diajak teman-temanku untuk ke sebuah bar, ya itung itung refreshing sedikit sembari melepas lelah. Hal yang tidak diinginkan pun terjadi, ternyata aku tertidur di klab malam tersebut. aku pun tak sadarkan diri pada saat itu, aku pun merasa dijebak dan tidak mengetahui kalau minuman tersebut adalah alkohol. aku pun kaget karena aku sudah tidak mengenakan kain sedikit pun dan ada seorang perempuan tak dikenal disebelahku. aku pun sontak kebingungan dengan semua itu dan bergegas untuk kabur pulang ke rumah. ketika sampai dirumah, sari pun bertanya kepadaku, "mas abis darimana, kenapa semalam tidak pulang?". akupun sontak terdiam dan hanya menjawab "aku lembur tadi malam". sari pun begitu saja menerima ucapanku dan aku pun sedikit lega dengan hal itu. namun, ketika aku pulang kerumah aku melihat ada sepatu hak tinggi di depan rumah, aku pun bingung dan berpikir siapa orang tersebut. ketika mulai masuk ke rumah, aku melihat ternyata ada perempuan yg semalam di klab malam itu. Dengan tiba-tiba dia meminta bayaran dan tanggung jawab kepadaku sontak aku kebingungan dengan hal tersebut, aku berdalih "aku tidak melakukan apa-apa" namun sari datang dan menunjukkan foto-foto yang aku benar-benar tidak tau kapan diambilnya. perempuan tadi pun langsung pulang dan tetap meminta uangnya dikirimkan ke rekeningnya.

setelah perempuan itu pulang, Sari pun langsung marah kepadaku, ia menampar wajahku, kamipun bertengkar dan sontak ibu yang sedang sakit keluar dari ruangannya dengan tertatih. Ibu berkata "ada apa ini!, mengapa kalian semua ribut". Sari pun menjelaskan dan sontak ibu tidak percaya atas apa yang terjadi. Ibu pun bertanya kepadaku "apakah benar itu iman?" sampai 3x ibu bertanya dan akhirnya aku berani berkata "ya bu tapi..." belum selesai aku menjelaskan ibu pun jatuh pingsan dan langsung tidak sadarkan diri. aku pun langsung menelepon ambulan dan selama di perjalanan ibu kekurangan oksigen yang membuatnya berhenti bernapas. aku pun hanya bisa teriak saat itu."ibuuuuuuuuuuuuuuu....."

Akhirnya besok pun ibu dimakamkan disamping kuburan ayah, aku pun menangis dan tak mau meninggalkan kuburan itu. aku membuat kesalahan terbesar dalam itu dan sangat tidak bisa diampuni. sementara itu selesai memakamkan ibu, ternyata sari sudah mengepackan semua pakaiannya dan meminta cerai dariku. aku pun meminta maaf didepannya, tetapi ia tetap menolak dan tetap pergi. aku pun hanya bisa menangis di depan ruang tamu rumahku. seolah hari itu sebagai hari yg buruk bagiku, tetangga yang dulu kupinjam uangnya meminta sisa uang yg belum dilunasi. ia pun menyegel rumah ku sebagai jaminan dan menendangku keluar.
Bahkan kantorku pun tak segan-segan memecatku karena tiga hari absen tanpa syarat.

aku pun bingung harus kemana lagi langkahku ini berjalan, aku memohon ampun dan meminta petunjuk dari-Nya. sampai pada akhirnya aku bertemu kembali dengan perempuan klab malam itu, melihat wajahnya saja sudah tak mau yang dipikiranku hanyalah untuk apa bertemu lagi dengannya. akhirnya dia menceritakan yg sebenarnya padaku. foto itu hanya editan, foto itu tidak asli, itu foto temanmu yang suka dengan sari. dia tak lain adalah firman. dia memang dari dulu mengincar istriku sejak kami pacaran dulu. akhirnya aku diberikannya tempat tinggal disamping rumahnya. walau sangat kecil namun bisa untukku utk beristirahat. aku pun kembali mencoba mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan untungnya ada yg mau menerimaku di sebuah toko beras, ya gaji sangat kecil cuma 20rb per hari tapi ya cukuplah buatku seorang.
tak sengaja sambil mengantarkan beras aku bertemu dengan sari, aku awalnya ragu namun melihat dari wajahnya aku yakin. akhirnya aku pun mencari rumahnya dan yap dugaan ku benar dia memang tinggal dekat sini tapi orang bilang istrinya pak firman sontak aku kaget tp tetap penasaran utk mencari rumahnya. akhirnya akupun menemukan rumahnya, dari jauh aku melihat dia sedang membersihkan teras dekat dengan firman yg duduk sambil membaca koran. sari pun dari kejauhan sempat melihatku dan akupun langsung kabur.

esok harinya saat aku disuruh menjaga warung sari pun tiba-tiba muncul didepanku, dia berkata "mas iman". aku pun sambil sedikit sok jaim berkata "ada apa, ada yg bisa dibantu?" dia meminta kopi dan gula dan langsung aku ambilkan dengan tersedu sedu. kemudian dia pun memberikan uangnya, dengan hati yg tegar aku pun mengambil uang itu dan tiba tiba aku pun memulai pembicaraan. "sari, tunggu sebentar, ada yg harus kubicarakan denganmu". kami pun duduk utk bicara, dan sari pun bercerita tentang hal yg ia lakukan setelah minta cerai dariku. dia pun bertanya kepadaku apakah aku sudah punya pasangan. jawabku hanya "aku telah berjanji padamu, aku takkan berpaling darimu, aku akan terus menunggumu sampai kapan pun itu. mungkin bisa saja kuceritakan saat itu kalau hal dulu yg terjadi hanyalah akal-akalan firman namun, aku tak mau melukai hatinya dan terus bersabar menunggunya.

hingga diumurku yg semakin menua, diumurku yg ke-50 aku pun jatuh sakit, terkena gagal ginjal. Dokter pun mengatakan waktuku tinggal beberapa hari lagi karena terlalu intens dalam cuci darah. akupun harus berbaring dirumah sakit sendirian tanpa ada siapapun menemani. namun, tiba-tiba sari pun datang melihatku beserta dengan anakku yg telah dewasa. ia langsung menangis dan bersujud didepanku. aku kebingungan mengapa ia seperti itu, ia pun menceritakan bahwa ia telah mengetahui semuanya. aku pun turut bersedih mendengar semua itu. namun, aku hanya bisa diam semua itu telah terlambat, kemudian aku menyuruhnya untuk berbaring dikasur bersamaku, memeluk tubuhku dan berkata "Cintaku, sampai kapanpun ku akan selalu setia kepadamu". kemudian, sari pun menangis tersedu-sedu dan ia pun ikhlas kehilanganku dan kata terakhirnya padaku "Mas, kau adalah Suami Terbaikku"

The End

Editor : Teguh Yuki Ananda
Writer : Teguh Yuki Ananda

Semoga kita bisa mengambil hikmah dibalik cerita ini, kuno ya katro ya ceritanya hehe tapi dilap dulu dong itu air mata :")